Rabu, 06 Maret 2013

Mengenal I`rab


-I`rab ( (الاعراب  secara bahasa adalah Masdar dari kata kerja “a`raba” yang mempunyai beberapa arti, diantaranya :

Al-Ibaanah/الابانة  , jelas
At-Tahsiin/التحسين, memperbagus
At-Taghoyyur/ التغيبر, perubahan

Dari makna-makna diatas makna ketiga (At-taghyiir/perubahan) adalah yang paling sesuai untuk digunakan dalam Ilmu Nahwu, karena Ilmu nahwu berfokus pada perubahan Akhir kalimat sebagaimana yang akan dibahas pengertian secara Terminologi. Dengan begitu kita mengambil definisi I`rab secara bahasa adalah At-taghyyir/Perubahan.

-Sedangkan secara Terminology sebagaimana para Ulama mendefinisikannya :


الاعراب هو تغيير أواخر الكلم لاختلاف العوامل الداخلة عليها لفظا أو تقديرا 

“Irab adalah perubahan yang terjadi pada akhir kalimat (dalam kalimat arab), yang disebabkan oleh aamil yang merubahnya, baik secara Lafal ataupun dengan dikira-kira.”

تغير أواخر الكلم/Perubahan pada Akhir kalimat : pertama yang harus digaris bawahi adalah I`rab itu berkisar pada perubahan akhir kalimat, dengan dirafa`kan, di manshubkan atau di majrurkan. Perubahan pada akhir kalimat ada dua macam Hakiki dan Hukmi.
secara Hakiki contohnya :

جاء زيد, ضربت .يدا, مررت بزيد

Contoh diatas pada kalimat (Zaid/زيد) menunjukan perubahan harakat secara zohir atau jelas.

Kalimat zaid pada jumlah yang pertama (ja a zaidun/جاء زيد ) Marfu dengan Dhommah karena isim mufrad, yang kedua (Dhorobtu Zaidan/ضربت زيدا ) di irab mansub dengan Fathah karena juga mufrad, dan yang ketiga majrur dengan kasroh karena  mufrad.  Dengan begitu perubahan pada contoh ini adalah perubahan yang hakiki (haqiqotan).

Sedangkan Hukmi contohnya :

جاء فتى, و رأيت فتي, و مررت بفتى

Akhir Kalimat fata/فتى tidak mengalami perubahan secara jelas atau zohir melainkan dengan dikira-kira karena adanya illat pada akhir isim berupa huruf “yaa”.
Kalimat fata pada jumlah yang pertama (ja`a fata/جاء فتى) marfuun dengan dhommah muqaddaroh ( Dhommah yang dikira-kira), begitu pula yang kalimat kedua dan ketiga, semuanya di I`rab bukan dengan perubahan pada lafal melainkan dengan dikira-kira maka dari itu perubahan pada kali ini disebut Hukmi, karena adanya illat dalam kalimat fata.

 الكلم/Kalimat-kalimat dalam bahasa arab : maksud dari kalim disini ada dua, yaitu Al-ismul mutamakkin/الاسم المتمكن dan Fiil Mudhari yang tidak sesuatu yang membuatnya menjadi mabni/الفعل المضارع المجرد بما يوجب بناءه.  Selain kedua macam tersebut maka tidak masuk pada pembahasan i`rab.

Al-ismul mutammakin/الاسم المتمكن    : ما تغير آخرها لتغير العامل فيها و لم تشابه الحروف / Isim-isim yang tidak menyerupai huruf dan akhirannya bisa berubah karena adanya aamil yang masuk.

Contohnya :  جاء زيد, رأيت زيدا, مرت بزيد
Kalimat zaid disebut isim mutamaakin karena tidak menyerupai huruf dan akhir kalimatnya berubah sesuai aamil yang masuk.

Al-fi`lu Al-mudhari` /الفعل المضارع : maksud dari fiil mudhori` disini adalah yang tidak ada seuatu yang membuatnya menjadi mabni. Ada dua perkara yang membuat fiil mudhari menjadi mabni.
v  Adanya Nun taukid pada akhir kalimat fiil, karena fiil akan menjadi mabni lilfathah seperti dalam firman Allah swt : ليسجنن و ليكونا من الصاغرين
v  Adanya Nun Niswah pada akhir kalimat, karena fiil akan mabni lis sukuun. Seperti dalam firman Allah swt : و الوالدات يرضعن أولادهن

لاختلاف العوامل الداخلة عليها لفظا أو تقديرا/ Karena adanya ami-amil yang masuk pada kalimat tersebut baik secara lafal atau dengan dikira-kira : maksudnya adalah bahwa kalimat-kalimat dalam bahasa arab baik berupa isim ataupun fiil bisa berubah karena adanya aamil yang masuk. Jika aamilnya itu merofa`kan maka kita rofa`kan begitu seterusnya seperti contoh yang sudah disebutkan.

Dengan begitu ada dua pengecualian disni :

Berubahnya Akhir kalimat disebabkan perbedaan dialek atau bahasa, seperti kata : حيث , bisa dibaca Haisu, Haisa, Haisi. Perubahan ini tidak disebut I`rab karena bukan berdasarkan pada amil yang masuk.
Berubahnya Akhir kalimat disebabkan oleh Mukhatab, misalnya ضربت, ada kalanya kita membaca Dhorobtu, Dhorobta, atau Dharabti. Ini juga tidak disebut i`rab karena perubahan bukan berasal dari Amil.

لفظا أو تقديرا/ baik secara Lafal ataupun dengan dikira-kira : perubahan ada kalanya dengan lafal atupun dengan dikira-kira.

Denga lafal maksudnya bisa diucapkan serpeti contoh diatas, Dhorobtu zaidan. Kata zaidan ini bisa diucapkan dengan jelas oleh lafal. Jika kalimat nya tidak mengandung illat maka perubahannya dengan lafal.

Sedangkan cara taqdiiriy atau mengira-ngira kebalikan dari yang diatas karena adanya illat pada kalimat tersebut, seperti Jaa fataa.


Dari pembahasan diatas kita bisa ambil kesimpulan bahwa i`rab itu berkisar pada perubahan di akhir kalimat, dan inilah yang menjadi inti dalam pembahsan Ilmu Nahwu, berbeda lagi dengan Shorof yang membahas abniyatul kalimaat/bangunan pada kalimat bahasa arab.

Wallahu `alam


Oleh : Adhitya Kemal

*mohon masukan dan koreksiannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar