Jumat, 31 Mei 2013

Keutamaan Orang yang Berilmu


Di salah satu tiang di masjidil haram, terlihat dari kejauhan kerumunan orang sedang khusuy mendengarkan suatu pemaparan. Mereka yang berkumpul datang dari bebagai penjuru dan macam-macam kedudukan mereka, tak ketinggalan para pejabat kala itu ikut mendengarkan duduk dilantai. Terlihat seorang sedang duduk di tempat yang agak terangkat sedang menjelaskan sesuatu. Orangnya sangat hitam pekat, hidungnya pesek, matanya buta sebelah, dan lumpuh. Tak lain orang tersetbut adalah Atha bin abi rabbah ra. Seorang budak milik permpuan sholehah di mekah.

Berhijrah dari yaman bersama ayahnya pergi ke mekah dan kemudian ia dibeli oleh wanita solehah di mekah untuk menjadi budak. Bertahun-tahun menjadi budak. Dengan segala kekurangan yang ada pada dirinya, ia tidak pernah berkeluh kesah akan kekurangan yang ada pada dirinya dan terus menuntut ilmu kepada sahabat Rasulullah saw. yang masih ada waktu itu. Ia membagi waktunya menjadi tiga, mengabdi pada tuannya, menuntut ilmu dan beribadah. Dengan keteguhan dan kseungguhannya, si perempuan itu pun menjadi simpati padanya, sampai pada suatu hari ia membebaskan Atha ibn Abi Rabbah untuk menuntut ilmu. Pada akhirnya ia berhasil menjadi seorang yang mulia karena ilmunya, tak seorang pun meragukan keilmuannya, dan ia terbebas dari kebudakan.

Cerita diatas adalah salah satu contoh dari sekian banyak bukti, bahwa allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu. Dengan ilmu manusia akan terangkat dari jurang kegelapan menuju cahaya pelita. Allah berfirman :
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚوَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Arti : niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:" Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al-Mujadalah :11)

Harta atau jabatan akan hilang dengan sendirinya, namun ilmu yang bermanfaaat akan selalu di amalkan oleh orang  banyak, si pemilik ilmunya pun akan di kenang selamanya. Tak memandang siapapun dia, dari golongan manpun dia, selama mempunyai ilmu yang bermanfaat allah berjanji akan mengangkta derajatnya berlipat ganda. Ada satu syair arab mengatakan :
رأيت العلم صاحبه كريمٌ......ولو ولدته آباءُ لئِـامُ
وليس يزال يرفعه إلى أن......يُعظم أمره القوم الكرامُ
Aku melihat orang yang berilmu itu sungguh mulia, walaupun terlahir dari keluarga yang hina
Dan ia akan terus – menurus (dengan ilmunya) dimuliakan oleh kaum yang yang terpandang

Intinya siapa saja yang menuntut ilmu dengan ikhlas pasti aka nada ganjaran dari Allah swt. Terlebih jika dimaksudkan dalam menuntut ilmu nya untuk memperbaiki diri dan mengubah orang-orang yang adan di dekat kita. Maka pahalanya seperti orang yang berjihad fi sabilillah. 

Senin, 20 Mei 2013

Maqulatul `Asyr/Ten Categories/Kategori yang Sepuluh


Definisi

Kata Maqulat yang berarti bearti Categori/Kategori. Sedangkan definisi Maqulat `asyr/Ten Categories secara sederhananya adalah, kata-kata universal/holistic words /alfadz kulliyah yang tertinggi, yang digunakan untuk mengkategorikan semua yang ada. Atau sebagai persepsi dasar/Basic Perseptions (untuk mengkategorikan segala sesuatu), sebagaimana yang di definiskan oleh Filosof Kant.

Pembagian Maqulat

Pada mulanya maqulat ini disusun oleh Aristoteles dengan menggunakan metode istiqra` naqish/Incomplete Induction, Alhasil semuanya terbagi menjadi dua bagian besar, Jauhar /Substance dan Aradh/Accident.


Masih belum diketahui, pegangan yang dipakai Aristoteles dalam pembagian kategori ini. Metode berfikir dengan menggunakan istiqra` naqish/incomplete induction masih bisa dibantah, artinya dalam pembagian maqulat kedalam sepuluh kategori, masih terjadi perbedaan pendapat dikalangan falasifah (jamak filosof). Aristoteles membagi semua yang ada di alam semesta ini, teridri dari :
Jauhar/Substansi, dari semua yang ada, contohnya Jism/Mass/Jasmani
`Aradh/accident, mempunyai sembilan macam :
Al-Kam (Quantity), contohnya “empat meter”
Al-Kaif (Quality), contohnya “Putih”
Al-Idafah (Relation), contohnya “Setengah”
Al-Ain (Place), contohnya “Masjid”
Mata (Time), contohnya “Waktu subuh”
Al-Wadh` (Position), contohnya “seorang yang shalat”
Al-Milk (Habitus), contohnya “pemilik Al-Quran”
Al-Fi`l (Activity), contohnya “mengerjakan shalat”
Al-Infi`al (Passive), contohnya “yang dipotong”

Bagian diatas semuanya ada sepuluh, ini menurut pendapat Aristoteles. Dan pendapat ini yang dipakai banyak oleh kaum muslimin, terutama para ahli kalam/ahli teologi dan ahli ilmu aqli.

Berebeda lagi dengan Imanuel Kant, yang mengkategorikan semua yang ada di alam semesta kedalam dua belas bagian, yang dirangkum dalam empat kategori Al-Kam/Quantity, Al-Kaif Quality, Al-Idhafah/Relation, dan Al-Jihah/Position.

Pentingnya Mengetahui Maqulatul `Asyr

Ada titik penting yang bisa diambil dalam mempelajari maqulatul asyr, bahwa setiap yang ada di alam semesta ini mempunyai kategorinya sendiri, seperti contoh diatas.  Dengan maqulatul asyr ini kita bisa mengetahui kategori jenis/genus tertinggi yang ada pada alam semesta.

Misalkan, ketika kita melihat raga hewan, kita bisa mengkategorikannya dalam Jauhar/Substansi, sebagai jenis tertinggi. Begitu pula ketika kita melihat orang sedang shalat, maka gerakan shalatnya masuk kedalam kategori Fi`il/Activity.

Ada yang membedakan antara seorang muslim yang beriman dengan seorang Atheis dalam memandang kategori yang sepuluh ini. Seorang muslim akan percaya, segala sesuatu yang ada tidak harus terlihat, sedangkah Atheis berkata sesuatu yang tidak bisa dijangkau panca indera maka tidak ada.

Maqulatul `Asyr dalam Islam

Ilmu Syar`i terbagi menjadi dua bagian, wasail/Ilmu Alat dan Ilmu Maqashid. Dalam kedua ilmu tersebut kita sering menemukan lafal dari maqulatul asyr diatas dalam banyak kitab, untuk membantu pengkategorian dan mendekatkan pemahaman, terutama kitab-kitab ilmu wasail, seperti mantiq/logika, balaghah dan ilmu kalam/teologi.

Kategori sepuluh ini banyak digunakan dalam Ilmu Kalam/Ilmu Teologi Islam. Bahkan, kategori sepuluh ini sebagai pijakan awal dalam istidlal. Tentunya, ada beberapa istilah yang dirubah oleh para ahli kalam dari golongan muslimin, agar sesuai dengan akidah Islam yang lurus. Biar bagaimanapun, pandangan seorang atheis dan seorang yang beriman akan berbeda.

Misalkan, Kita telah mengetahui bahwa ada pencipta dan ada yang diciptakan. Segala sesuatu yang diciptakan (Al-`Alam) berbeda dengan yang menciptakan (Al-Khaliq) karena ada ayat “laisa kamitslihi syai”, maka sang khaliq tidak masuk kedalam bagian kategori diatas, dia tidak dikatakan sebagai Jauhar dan sifat-sifatnya tidak dikatakan sebagai Aradh, karena dzat Allah swt absolute dan mutlak ada, bagitu juga sifat-sifatnya semuanya qadim. Sedangkan, semua yang diciptakan (Alam semesta) masuk kedalam bagian diatas.

Kesimpulan

Dari Pembahasan diatas, kita bisa menarik kesimpulan. Bahwasanya, segala sesuatu yang ada terbagi menjadi dua bagian besar, substansi dan accident untuk mengkategorikan semuanya. Pendapat diatas banyak digunakan oleh ahli filsafat, dan kesepuluh diatas adalah standar yang digunakan sebagian mereka, dalam memandang sesaatu yang ada.

Namun, pandangan kaum muslimin berbeda  dengan pandangan para ahli filsafat yang Atehis dalam membagi sesuatu yang ada/Al-Maujudat. Dengan begitu, segala sesuatu yang ada /Al-Maujudat, menurut kaum muslimin terbagi menjadi tiga :  al, wajibul wujud/Keberadaannya mutlak dan absolut (yaitu Allah swt), Mumkinul Wujud/Keberadaannya tidak Mutlak dan Absolut (Alam semesta, yang semuanya terdiri dari Jauhar dan Aradh), dan Mustahilul Wujud/Tidak pernah ada (Tuhan selain Allah swt).

Wallahu`alam
Oleh : Adhitya Kemal